AL QUTHUZ Singa Gurun, Penakluk Tentara Tartar
AL QUTHUZ
Singa Gurun, Penakluk Tentara TartarSaifuddin Quthuz adalah satu di antara tokoh besar dalam sejarah
muslimin. Nama aslinya adalah Mahmud bin Mamdud.. Ia berasal dari
keluarga muslim berdarah biru. Quthuz adalah putra saudari Jalaluddin
Al-Khawarizmi, Raja Khawarizmi yang masyhur pernah melawan pasukan
Tartar dan mengalahkan mereka, namun kemudian ia kalah dan lari ke
India. Ketika ia sedang lari ke India, Tartar berhasil menangkap
keluarganya. Tartar membunuh sebagian mereka dan memperbudak sebagian
yang lain.
Mahmud bin Mamdud adalah salah satu dari mereka yang
dijadikan budak. Tartar menjuluki si Mahmud dengan nama Mongol, yaitu
Quthuz, yang berarti “Singa Yang Menyalak”. Tampaknya sedari kecil
Quthuz memiliki karakter orang yang kuat dan gagah. Kemudian Tartar jual
si Mahmud kecil di pasar budak Damaskus. Salah seorang bani Ayyub
membelinya. Dan ia dibawa ke Mesir. Di sini, ia pindah dari satu tuan ke
tuan yang lain, sampai akhirnya ia dibeli oleh Raja Al-Mu’izz Izzuddin
Aibak dan kelak menjadi panglima besarnya.
Dalam kisah Quthuz
ini, kita bisa mencatat dengan jelas bagaimana skenario ajaib Allah SWT.
Tartar telah memperdaya muslimin dan memperbudak salah satu anak-anak
muslimin dan mereka jual langsung di pasar budak Damaskus. Untuk
kemudian ia diperjualbelikan dari satu tangan ke tangan lainnya, yang
akhirnya sampai ke suatu negeri yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Boleh jadi karena usianya yang masih kecil ia tidak melihat negeri jauh
ini. Namun, pada akhirnya ia menjadi raja di negeri asing itu dan sepak
terjang Tartar yang membawanya dari ujung dunia Islam ke Mesir pun harus
berakhir di tangannya!
Subhanallah yang telah mengatur dengan
Maha Lembut dan memperdaya dengan Maha Bijak. Tiada sesuatupun di bumi
dan langit yang samar bagi-Nya.“Dan mereka pun merencanakan
makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang
mereka tidak menyadari.”(An-Naml [27]: 50)Quthuz –sebagaimana
mamalik (budak yang dididik militer) lainnya–tumbuh dengan pendidikan
agama yang benar. Semangat Islam yang kuat bergelora di dalam hatinya.
Sejak kecil, ia dilatih dengan seni menunggang kuda, metode pertempuran,
seluk-beluk manajemen dan leadership. Ia tumbuh menjadi seorang pemuda
gagah berani, mencintai dan menjunjung tinggi agamanya. Ia juga seorang
yang kuat, penyabar, dan perkasa. Selain itu semua, ia juga dilahirkan
dari keluarga raja.Masa kanak-kanak Quthuz layaknya para
pangeran yang lain. Hal ini membuat dirinya begitu percaya diri. Ia
tidak asing dengan masalah kepemimpinan, manajemen negara dan kekuasaan.
Di atas itu semua, keluarganya hancur oleh Tartar. Hal ini–tentu
saja–membuat dirinya paham betul dengan bencana Tartar. Sebab orang yang
menyaksikan tidaklah seperti yang mendengar.Semua faktor ini
berpadu menjadikan Quthuz seorang yang memiliki karakter sangat unik. Ia
merasa ringan dengan penderitaan, tidak takut dengan para musuh
bagaimanapun banyak jumlahnya atau unggul kekuatan mereka.
Pendidikan Islam dan militer, juga pendidikan untuk berpegang teguh
kepada Allah, agama dan percaya diri, semua itu mempunyai pengaruh besar
dalam kehidupan Quthuz –rahimahullah-.Nama Quthuz mulai muncul
ke permukaan setelah terbunuhnya Raja Al-Muizz Izzuddin Aibak dan
istrinya Syajarah Ad-Dur dihukum mati. Kemudian kekuasaan beralih kepada
“Sultan Bocah” Al-Manshur Nuruddin Ali bin Izzuddin Aibak. Quthuz-lah
yang memegang perwalian atas sultan kecil tersebut.
Quthuz
meskipun ia secara real menyetir roda pemerintahan di Mesir, namun pada
kenyataannya yang duduk di kursi kekuasaan adalah seorang sultan bocah.
Tentu hal ini melemahkan wibawa pemerintah di Mesir dan merongrong
kepercayaan rakyat kepada rajanya serta menguatkan niat musuh-musuhnya
karena mereka melihat raja adalah seorang bocah.Dengan
mempertimbangkan ancaman Tartar yang menakutkan, problema internal yang
mencekik, kekacauan dan pemberontakan dari mamalik bahriyyah dan ambisi
para emir Bani Ayyub di Syam, maka Quthuz melihat tiada makna keberadaan
“Sultan Bocah” Nuruddin Ali di kursi negara terpenting di kawasan,
yaitu Mesir, di mana tiada lagi harapan untuk membendung Tartar kecuali
di pundaknya.
Dari situ, Quthuz mengambil keputusan berani, yaitu
menurunkan Nuruddin Ali dan ia mengambil alih kekuasaan di Mesir.
Keputusan itu bukanlah hal yang aneh. Sebab sebenarnya Quthuz adalah
penguasa real di Mesir. Semua orang –termasuk “sultan bocah” itu
sendiri–mengetahui hal itu. Seolah-olah ada boneka lucu di mana
Quthuz-lah yang menggerakan boneka tersebut. Boneka itu adalah sultan
yang bocah. Apa yang dilakukan Quthuz tiada lain hanya mengangkat boneka
itu, untuk memperlihatkan seorang singa gagah yang di tangannyalah peta
geografi dunia akan berubah, begitu pula lembaran-lembaran sejarah
lainnya.Penggantian ini terjadi pada tanggal 24 Dzul Qaidah 657 H, yaitu beberapa hari sebelum kedatangan Hulagu di Aleppo.Sejak Quthuz – naik ke kursi kekuasaan, ia terus mempersiapkan diri
untuk menyongsong Tartar yang belum lama menghancurkan ibukota Khilafah
Abbasiyah di Baghdad. Lalu bagaimana Sultan Al-Muzhaffar (gelar Quthuz
setelah menjadi raja) menangani situasi yang sangat krusial itu? Apa
saja langkah-langkah dan persiapan yang dilakukannya untuk menghadapi
serangan Tartar yang dahsyat? Dalam kurun waktu sekitar setahun (658 H),
Quthuz melakukan banyak pekerjaan besar. Secara ringkas terangkum dalam
kronologi sebagai berikut:Quthuz memulai reformasi dalam negeri
di Mesir.Pengampunan terhadap mamalik bahriyyah dan penyatuan dengan
bekas rival mereka mamalik mu’izziyyah.Azh-Zhahir Baibars yang sempat
menjadi oposisi diundang pulang ke Mesir dari Damaskus.Upaya
Quthuz menyatukan Mesir dan Syam lewat surat-surat untuk para emir Bani
Ayyub di Syam.Aleppo jatuh pada bulan Shafar, juga Damaskus pada bulan
Rabiul Awwal, di bawah kekuasaan Tartar.Datangnya surat ancaman Tartar
untuk menyerang Mesir.Quthuz memutuskan untuk memerangi Tartar.
Keputusan Quthuz untuk memerangi Tartar akan dilangsungkan di Palestina
dan bukan di Mesir.
Dimulainya persiapan tentara Mesir secara
ekonomi dan juga militer.Dimulainya persiapan mental rakyat Mesir dengan
ulama sebagai pelopornya untuk menerima ide jihad melawan
Tartar.Sebagian tentara Syam datang bergabung dengan Quthuz di
Mesir.Tentara muslim berkumpul di daerah Shalihiyah. Tentara muslim
bergerak menuju Palestina pada bulan Sya’ban.Kemenangan muslimin
di bawah Baibars atas tentara Tartar yang menjaga Gazza. Perundingan
dengan kaum Salib di Akka. Quthuz memilih Ain Jalut untuk menjadi ajang
pertempuran dengan Tartar. Kemenangan muslimin di Ain Jalut yang terjadi
pada 25 Ramadhan. Damaskus dibebaskan dari tangan Tartar oleh pasukan
yang dipimpin Quthuz pada 30 Ramadhan. Aleppo dibebaskan dari tangan
Tartar di bawah Baibars pada awal bulan Syawwal.Quthuz kembali ke Mesir
pada 26 Syawal.Quthuz meninggal dunia, syahid—insyaallah.Saifuddin Al-Muzhaffar Quthuz Rahimahullah meninggal dunia hanya lima
puluh hari setelah kemenangan Ain Jalut. Kekuasaannya hanya berusia 11
bulan dan 17 hari. Tidak genap satu tahun!Berbagai peristiwa
bersejarah yang agung, persiapan yang bagus, pendidikan yang tinggi,
kemenangan gemilang, hasil yang luar biasa dan dampak yang besar. Ya,
semua ini dicapai kurang dari satu tahun!Meski ia memerintah
dalam masa yang sangat pendek, namun ia termasuk tokoh terbesar dunia.
Karena, nilai seorang tokoh dan keagungannya tidak diukur dengan umurnya
yang panjang, harta yang banyak, atau kerajaannya yang megah, namun ia
diukur dengan karya-karya bersejarahnya yang mampu merubah peta sejarah
dan geografi dunia. Pada saat yang sama karya-karya itu juga bernilai
besar menurut mizan (timbangan) Allah. Ia adalah seorang pembaru
(mujaddid) dan teladan (qudwah) yang baik. Sejumlah nilai ideal melekat
pada dirinya; sisi keimanan dan kekhusyukannya, sisi zuhud dan menjaga
kehormatan dirinya, sisi kemampuan dan kemahirannya, sisi kejujuran dan
keikhlasannya, sisi jihad dan pengorbanannya, sisi kesabaran terhadap
diri dan kesabaran terhadap orang lain, sisi kebijakan dan rendah
hatinya..
Ia seperti yang disifati oleh Imam Adz-Dzahabi dalam
Siyar Al-A’lam An-Nubala’, “Ia adalah seorang prajurit pemberani,
politikus, beragama, dicintai rakyat, mengalahkan Tartar, membersihkan
Syam dari Tartar pada perang Ain Jalut, ia juga orang yang baik
jihadnya, insyaallah. Ia adalah seorang pemuda berambut pirang,
berjenggot tebal, bentuknya sempurna, ia memiliki tangan yang putih
(sesuai dengan syariah-Nya) dalam berjihad melawan Tartar, maka Allah
gantikan masa mudanya dengan surga dan Dia meridhainya.”
Ia
adalah sosok yang disifati oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa
An-Nihayah sebagai:“Seorang yang pemberani, pahlawan, banyak berbuat
kebajikan, punya kesadaran tinggi terhadap Islam dan menyadarkan rakyat
dengannya. Ia dicintai rakyatnya dan mereka banyak berdoa untuknya.”Apa arti seorang Quthuz, jika ia tidak berpegang tegung dengan syariah
Allah, tidak menang dalam perang Ain Jalut berkat keteguhannya dengan
syariah, dan tidak komitmen dengan jalan Allah SWT? Apa arti seorang
Quthuz tanpa jalan ini??Syekh Al-Izz bin Abdussalam, setelah
kehilangan Quthuz dengan begitu cepat, mulai mengkhawatirkan umat ini.
Khawatir, kalau-kalau kemenangan besar itu akan sia-sia dan umat
mengalami kehancuran kembali. Setelah kematian Quthuz, sambil menangis
sedih ia berkata, “Semoga Allah merahmati masa mudanya. Seandainya ia
hidup lama tentu ia akan memperbaharui para pemudanya ke arah Islam.”Namun, Quthuz memang telah memperbaharui para pemuda ke arah Islam, meski ia tidak hidup lama!Daulah Mamalik selama kurang lebih tiga abad kemudian terus mendorong
semangat muslimin dan mengangkat panji Islam. Quthuz telah meletakkan
pondasi yang kokoh. Di atas pondasi inilah orang-orang lain akan
membangun bangunan yang kuat. Tanpa pondasi ini bangunan tidak akan
mampu berdiri.Terakhir, Syekh Al-Izz bin Abdussalam berkomentar,
“Tiada orang yang memerintah perkara muslimin setelah Umar bin Abdul
Aziz Rahimahullah yang sebanding dengan Quthuz Rahimahullah dalam
kesalehan dan keadilannya.” Bilakah muncul kembali Quthuz-Quthuz muda di
zaman ini?
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar