Sabtu, 27 Oktober 2018

AL QUTHUZ Singa Gurun, Penakluk Tentara Tartar

AL QUTHUZ

Singa Gurun, Penakluk Tentara TartarSaifuddin Quthuz adalah satu di antara tokoh besar dalam sejarah muslimin. Nama aslinya adalah Mahmud bin Mamdud.. Ia berasal dari keluarga muslim berdarah biru. Quthuz adalah putra saudari Jalaluddin Al-Khawarizmi, Raja Khawarizmi yang masyhur pernah melawan pasukan Tartar dan mengalahkan mereka, namun kemudian ia kalah dan lari ke India. Ketika ia sedang lari ke India, Tartar berhasil menangkap keluarganya. Tartar membunuh sebagian mereka dan memperbudak sebagian yang lain.Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

     Mahmud bin Mamdud adalah salah satu dari mereka yang dijadikan budak. Tartar menjuluki si Mahmud dengan nama Mongol, yaitu Quthuz, yang berarti “Singa Yang Menyalak”. Tampaknya sedari kecil Quthuz memiliki karakter orang yang kuat dan gagah. Kemudian Tartar jual si Mahmud kecil di pasar budak Damaskus. Salah seorang bani Ayyub membelinya. Dan ia dibawa ke Mesir. Di sini, ia pindah dari satu tuan ke tuan yang lain, sampai akhirnya ia dibeli oleh Raja Al-Mu’izz Izzuddin Aibak dan kelak menjadi panglima besarnya.
    Dalam kisah Quthuz ini, kita bisa mencatat dengan jelas bagaimana skenario ajaib Allah SWT. Tartar telah memperdaya muslimin dan memperbudak salah satu anak-anak muslimin dan mereka jual langsung di pasar budak Damaskus. Untuk kemudian ia diperjualbelikan dari satu tangan ke tangan lainnya, yang akhirnya sampai ke suatu negeri yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Boleh jadi karena usianya yang masih kecil ia tidak melihat negeri jauh ini. Namun, pada akhirnya ia menjadi raja di negeri asing itu dan sepak terjang Tartar yang membawanya dari ujung dunia Islam ke Mesir pun harus berakhir di tangannya!
     Subhanallah yang telah mengatur dengan Maha Lembut dan memperdaya dengan Maha Bijak. Tiada sesuatupun di bumi dan langit yang samar bagi-Nya.“Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.”(An-Naml [27]: 50)Quthuz –sebagaimana mamalik (budak yang dididik militer) lainnya–tumbuh dengan pendidikan agama yang benar. Semangat Islam yang kuat bergelora di dalam hatinya. Sejak kecil, ia dilatih dengan seni menunggang kuda, metode pertempuran, seluk-beluk manajemen dan leadership. Ia tumbuh menjadi seorang pemuda gagah berani, mencintai dan menjunjung tinggi agamanya. Ia juga seorang yang kuat, penyabar, dan perkasa. Selain itu semua, ia juga dilahirkan dari keluarga raja.Masa kanak-kanak Quthuz layaknya para pangeran yang lain. Hal ini membuat dirinya begitu percaya diri. Ia tidak asing dengan masalah kepemimpinan, manajemen negara dan kekuasaan. Di atas itu semua, keluarganya hancur oleh Tartar. Hal ini–tentu saja–membuat dirinya paham betul dengan bencana Tartar. Sebab orang yang menyaksikan tidaklah seperti yang mendengar.Semua faktor ini berpadu menjadikan Quthuz seorang yang memiliki karakter sangat unik. Ia merasa ringan dengan penderitaan, tidak takut dengan para musuh bagaimanapun banyak jumlahnya atau unggul kekuatan mereka.
      Pendidikan Islam dan militer, juga pendidikan untuk berpegang teguh kepada Allah, agama dan percaya diri, semua itu mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan Quthuz –rahimahullah-.Nama Quthuz mulai muncul ke permukaan setelah terbunuhnya Raja Al-Muizz Izzuddin Aibak dan istrinya Syajarah Ad-Dur dihukum mati. Kemudian kekuasaan beralih kepada “Sultan Bocah” Al-Manshur Nuruddin Ali bin Izzuddin Aibak. Quthuz-lah yang memegang perwalian atas sultan kecil tersebut.
    Quthuz meskipun ia secara real menyetir roda pemerintahan di Mesir, namun pada kenyataannya yang duduk di kursi kekuasaan adalah seorang sultan bocah. Tentu hal ini melemahkan wibawa pemerintah di Mesir dan merongrong kepercayaan rakyat kepada rajanya serta menguatkan niat musuh-musuhnya karena mereka melihat raja adalah seorang bocah.Dengan mempertimbangkan ancaman Tartar yang menakutkan, problema internal yang mencekik, kekacauan dan pemberontakan dari mamalik bahriyyah dan ambisi para emir Bani Ayyub di Syam, maka Quthuz melihat tiada makna keberadaan “Sultan Bocah” Nuruddin Ali di kursi negara terpenting di kawasan, yaitu Mesir, di mana tiada lagi harapan untuk membendung Tartar kecuali di pundaknya.
   Dari situ, Quthuz mengambil keputusan berani, yaitu menurunkan Nuruddin Ali dan ia mengambil alih kekuasaan di Mesir. Keputusan itu bukanlah hal yang aneh. Sebab sebenarnya Quthuz adalah penguasa real di Mesir. Semua orang –termasuk “sultan bocah” itu sendiri–mengetahui hal itu. Seolah-olah ada boneka lucu di mana Quthuz-lah yang menggerakan boneka tersebut. Boneka itu adalah sultan yang bocah. Apa yang dilakukan Quthuz tiada lain hanya mengangkat boneka itu, untuk memperlihatkan seorang singa gagah yang di tangannyalah peta geografi dunia akan berubah, begitu pula lembaran-lembaran sejarah lainnya.Penggantian ini terjadi pada tanggal 24 Dzul Qaidah 657 H, yaitu beberapa hari sebelum kedatangan Hulagu di Aleppo.Sejak Quthuz – naik ke kursi kekuasaan, ia terus mempersiapkan diri untuk menyongsong Tartar yang belum lama menghancurkan ibukota Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Lalu bagaimana Sultan Al-Muzhaffar (gelar Quthuz setelah menjadi raja) menangani situasi yang sangat krusial itu? Apa saja langkah-langkah dan persiapan yang dilakukannya untuk menghadapi serangan Tartar yang dahsyat? Dalam kurun waktu sekitar setahun (658 H), Quthuz melakukan banyak pekerjaan besar. Secara ringkas terangkum dalam kronologi sebagai berikut:Quthuz memulai reformasi dalam negeri di Mesir.Pengampunan terhadap mamalik bahriyyah dan penyatuan dengan bekas rival mereka mamalik mu’izziyyah.Azh-Zhahir Baibars yang sempat menjadi oposisi diundang pulang ke Mesir dari Damaskus.Upaya Quthuz menyatukan Mesir dan Syam lewat surat-surat untuk para emir Bani Ayyub di Syam.Aleppo jatuh pada bulan Shafar, juga Damaskus pada bulan Rabiul Awwal, di bawah kekuasaan Tartar.Datangnya surat ancaman Tartar untuk menyerang Mesir.Quthuz memutuskan untuk memerangi Tartar. Keputusan Quthuz untuk memerangi Tartar akan dilangsungkan di Palestina dan bukan di Mesir.
    Dimulainya persiapan tentara Mesir secara ekonomi dan juga militer.Dimulainya persiapan mental rakyat Mesir dengan ulama sebagai pelopornya untuk menerima ide jihad melawan Tartar.Sebagian tentara Syam datang bergabung dengan Quthuz di Mesir.Tentara muslim berkumpul di daerah Shalihiyah. Tentara muslim bergerak menuju Palestina pada bulan Sya’ban.Kemenangan muslimin di bawah Baibars atas tentara Tartar yang menjaga Gazza. Perundingan dengan kaum Salib di Akka. Quthuz memilih Ain Jalut untuk menjadi ajang pertempuran dengan Tartar. Kemenangan muslimin di Ain Jalut yang terjadi pada 25 Ramadhan. Damaskus dibebaskan dari tangan Tartar oleh pasukan yang dipimpin Quthuz pada 30 Ramadhan. Aleppo dibebaskan dari tangan Tartar di bawah Baibars pada awal bulan Syawwal.Quthuz kembali ke Mesir pada 26 Syawal.Quthuz meninggal dunia, syahid—insyaallah.Saifuddin Al-Muzhaffar Quthuz Rahimahullah meninggal dunia hanya lima puluh hari setelah kemenangan Ain Jalut. Kekuasaannya hanya berusia 11 bulan dan 17 hari. Tidak genap satu tahun!Berbagai peristiwa bersejarah yang agung, persiapan yang bagus, pendidikan yang tinggi, kemenangan gemilang, hasil yang luar biasa dan dampak yang besar. Ya, semua ini dicapai kurang dari satu tahun!Meski ia memerintah dalam masa yang sangat pendek, namun ia termasuk tokoh terbesar dunia. Karena, nilai seorang tokoh dan keagungannya tidak diukur dengan umurnya yang panjang, harta yang banyak, atau kerajaannya yang megah, namun ia diukur dengan karya-karya bersejarahnya yang mampu merubah peta sejarah dan geografi dunia. Pada saat yang sama karya-karya itu juga bernilai besar menurut mizan (timbangan) Allah.     Ia adalah seorang pembaru (mujaddid) dan teladan (qudwah) yang baik. Sejumlah nilai ideal melekat pada dirinya; sisi keimanan dan kekhusyukannya, sisi zuhud dan menjaga kehormatan dirinya, sisi kemampuan dan kemahirannya, sisi kejujuran dan keikhlasannya, sisi jihad dan pengorbanannya, sisi kesabaran terhadap diri dan kesabaran terhadap orang lain, sisi kebijakan dan rendah hatinya..
    Ia seperti yang disifati oleh Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar Al-A’lam An-Nubala’, “Ia adalah seorang prajurit pemberani, politikus, beragama, dicintai rakyat, mengalahkan Tartar, membersihkan Syam dari Tartar pada perang Ain Jalut, ia juga orang yang baik jihadnya, insyaallah. Ia adalah seorang pemuda berambut pirang, berjenggot tebal, bentuknya sempurna, ia memiliki tangan yang putih (sesuai dengan syariah-Nya) dalam berjihad melawan Tartar, maka Allah gantikan masa mudanya dengan surga dan Dia meridhainya.”
    Ia adalah sosok yang disifati oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah sebagai:“Seorang yang pemberani, pahlawan, banyak berbuat kebajikan, punya kesadaran tinggi terhadap Islam dan menyadarkan rakyat dengannya. Ia dicintai rakyatnya dan mereka banyak berdoa untuknya.”Apa arti seorang Quthuz, jika ia tidak berpegang tegung dengan syariah Allah, tidak menang dalam perang Ain Jalut berkat keteguhannya dengan syariah, dan tidak komitmen dengan jalan Allah SWT? Apa arti seorang Quthuz tanpa jalan ini??Syekh Al-Izz bin Abdussalam, setelah kehilangan Quthuz dengan begitu cepat, mulai mengkhawatirkan umat ini. Khawatir, kalau-kalau kemenangan besar itu akan sia-sia dan umat mengalami kehancuran kembali. Setelah kematian Quthuz, sambil menangis sedih ia berkata, “Semoga Allah merahmati masa mudanya. Seandainya ia hidup lama tentu ia akan memperbaharui para pemudanya ke arah Islam.”Namun, Quthuz memang telah memperbaharui para pemuda ke arah Islam, meski ia tidak hidup lama!Daulah Mamalik selama kurang lebih tiga abad kemudian terus mendorong semangat muslimin dan mengangkat panji Islam. Quthuz telah meletakkan pondasi yang kokoh. Di atas pondasi inilah orang-orang lain akan membangun bangunan yang kuat. Tanpa pondasi ini bangunan tidak akan mampu berdiri.Terakhir, Syekh Al-Izz bin Abdussalam berkomentar, “Tiada orang yang memerintah perkara muslimin setelah Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah yang sebanding dengan Quthuz Rahimahullah dalam kesalehan dan keadilannya.” Bilakah muncul kembali Quthuz-Quthuz muda di zaman ini?
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar